Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. l-Anfaal
[8]:27). Amanah merupakan ciri atau sifat dari orang yang beriman (Al
Muminun:8), dan sebaliknya khianat adalah sifat orang yang munafik.
Dalam berbagai hadits Rasulullah SAW menekankan pentingnya berbuat
amanah dan larangan keras untuk berkhianat. Rasulullah sendiri secara
pribadi telah memberikan contoh nyata sebagai pribadi yang
amanah/dipercaya di tengah-tengah masyarakatnya, yaitu dengan gelar Al
Amin yang disandangnya, sebagai pengakuan masyarakat Mekkah pada saat
itu akan sifat amanah yang beliau miliki. Tidak (sempurna) iman
seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang
tidak menunaikan janji (HR. Ahmad). Islam adalah agama yang sempurna,
yang tidak saja memperhatikan aspek manusia sebagai individu dan
hubungannya dengan Penciptanya, namun juga sangat memperhatikan aspek
hubungan manusia dengan sesamanya.
Pribadi yang amanah tidak hanya
menjadi kepentingan individu yang bersangkutan namun menjadi kebutuhan
umat atau masyarakat tempat tinggalnya. Betapa saat ini kita rasakan
akan besarnya kebutuhan umat akan pribadi-pribadi yang amanah yang dapat
dipercaya. Bangsa ini membutuhkan pemimimpin yang adil dan amanah yang
bekerja keras siang dan malam untuk mengatasi permasalahan umat. Kita
sangat memerlukan pribadi-pribadi terpercaya dan amanah untuk dapat
menjalankan program-program pembangunan sehingga dapat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Kita pun sangat membutuhkan
orang-orang yang amanah dalam semua lini kehidupan di masyarakat
sehingga roda kehidupan dapat berjalan dengan lancar dan harmonis.
Banyak sekali pribadi terpercaya yang dibutuhkan bangsa ini untuk maju
dan menjadi bangsa yang bermartabat.
Marilah kita mulai dengan mengevaluasi diri kita masing-masing, sampai sejauh mana kesadaran kita memikul amanah yang diembankan di pundak kita. Sejauh mana kita telah gigih mempertanggungjawabkan semua itu? Karena banyak tanggung jawab yang sebenarnya harus kita tunaikan. Dan khusus sebagai seorang muslim, kita wajib bertanya, apakah kita benar-benar menjaga kehormatan selaku umat Islam, ataukah perilaku kita malah mencoreng kemuliaan Islam?
Sebagai catatan, amanah dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu; amanah terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan diri sendiri. Amanah terhadap Allah adalah menaati segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Sedang amanah terhadap sesama manusia ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat umum.
Amanah yang bersifat pribadi adalah dengan menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya, apakah ia sebagai seorang dokter, peneliti, pengacara, wartawan, atau sebagai guru. Mereka wajib menjalankan profesinya itu secara professional dan bertanggung jawab. Sedang yang bersifat umum adalah amanah yang berhubungan dengan kepentingan umum, seperti seorang hakim haruslah berlaku adil dalam memutuskan perkara dan seorang pemimpin haruslah cakap dan bersungguh-sungguh memikirkan nasib umatnya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW memberikan resep agar amanah tidak disia-siakan, yaitu dengan mempercayakan kepada ahlinya. Dalam hadis diterangkan, "Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah datangnya kiamat." Para sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanah?" Rasulullah saw. menjawab, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya kiamat." (H.R. al-Daramiy dan Ahmad).
Adapun amanah terhadap diri sendiri adalah dengan memfungsikan seluruh anggota badan ke jalan yang diridai Allah SWT. Mata difungsikan untuk melihat kearifan, mulut difungsikan dengan mengucapkan kata yang penuh kebenaran, dan telinga difungsikan untuk mendengar alunan kebajikan.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Israa[17]:36).
Pada akhirnya kita perlu menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang bisa melepaskan diri dari amanah dan setiap dari kita wajib hukumnya untuk menjalankannya. Semoga bulan Ramadhan ini, sebagai syahrut tarbiyah dapat mencetak banyak pribadi-pribadi yang amanah dalam tubuh umat sehingga dapat mengakselerasi kebangkitan umat dan bangsa. (Sumber : http://semangat-pembelajar.blogspot.com)
Marilah kita mulai dengan mengevaluasi diri kita masing-masing, sampai sejauh mana kesadaran kita memikul amanah yang diembankan di pundak kita. Sejauh mana kita telah gigih mempertanggungjawabkan semua itu? Karena banyak tanggung jawab yang sebenarnya harus kita tunaikan. Dan khusus sebagai seorang muslim, kita wajib bertanya, apakah kita benar-benar menjaga kehormatan selaku umat Islam, ataukah perilaku kita malah mencoreng kemuliaan Islam?
Sebagai catatan, amanah dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu; amanah terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan diri sendiri. Amanah terhadap Allah adalah menaati segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Sedang amanah terhadap sesama manusia ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat umum.
Amanah yang bersifat pribadi adalah dengan menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya, apakah ia sebagai seorang dokter, peneliti, pengacara, wartawan, atau sebagai guru. Mereka wajib menjalankan profesinya itu secara professional dan bertanggung jawab. Sedang yang bersifat umum adalah amanah yang berhubungan dengan kepentingan umum, seperti seorang hakim haruslah berlaku adil dalam memutuskan perkara dan seorang pemimpin haruslah cakap dan bersungguh-sungguh memikirkan nasib umatnya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW memberikan resep agar amanah tidak disia-siakan, yaitu dengan mempercayakan kepada ahlinya. Dalam hadis diterangkan, "Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah datangnya kiamat." Para sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanah?" Rasulullah saw. menjawab, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya kiamat." (H.R. al-Daramiy dan Ahmad).
Adapun amanah terhadap diri sendiri adalah dengan memfungsikan seluruh anggota badan ke jalan yang diridai Allah SWT. Mata difungsikan untuk melihat kearifan, mulut difungsikan dengan mengucapkan kata yang penuh kebenaran, dan telinga difungsikan untuk mendengar alunan kebajikan.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Israa[17]:36).
Pada akhirnya kita perlu menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang bisa melepaskan diri dari amanah dan setiap dari kita wajib hukumnya untuk menjalankannya. Semoga bulan Ramadhan ini, sebagai syahrut tarbiyah dapat mencetak banyak pribadi-pribadi yang amanah dalam tubuh umat sehingga dapat mengakselerasi kebangkitan umat dan bangsa. (Sumber : http://semangat-pembelajar.blogspot.com)
mantep, kayak ceramah tarawih dua malam yang lalu
BalasHapusBiarkan mereka berpendapat buruk, biarkan mereka dengan pikiran atau pendapat mereka sendiri tentang kita. Tidak perlu menuruti apa yang mereka pikirkan, karena https://www.itsme.id/only-one-and-limited-edition/
BalasHapus