Pembaca yang budiman. Kali ini saya akan mengajak anda melihat lebih
dekat tradisi maddui atau atraksi budaya masyarakat adat Karampuang di desa
Tompobulu, kecamatan Bulupoddo. Tradisi
ini adalah salah satu hasil liputan kru kami di Sinjai TV, pada hari Rabu, 28
Agustus 2013.
-------------------------
Nyanyian dan lantunan
syair-syair indah yang dikenal dengan elong paddui’ menandai awal dimulainya
prosesi maddui’ atau menarik kayu. Namun sebelum kayu berukuran besar ini
ditarik dari dalam hutan, terlebih dahulu dilakukan prosesi ritual adat yang
dipimpin Pinati yang merupakan perangkat adat. Pinati didampingi perangkat adat
lainnya.
Setelah prosesi ritual adat
berakhir, syair-syair elong paddui’ yang dipandu perangkat adat mengalun merdu.
Seratusan warga yang datang, langsung
mengambil posisi sembari memegang tali dari ranting kayu. Dalam tradisi maddui’,
posisi menarik kayu dari arah depan dan memanjang disebut Hellareng.
Dengan perlahan dan penuh
semangat, warga serta pendukung komunitas adat Karampuang ini menarik dan
menghela kayu dari dalam hutan untuk dibawa ke rumah adat Karampuang. Jarak yang harus ditempuh dari sumber kayu ini
diambil ke kawasan rumah adat berkisar
500 meter.
Kendati jaraknya tidaklah
terlalu jauh bagi ukuran warga pada umumnya, namun medan yang harus dilewati
perangkat adat dan warga yang menarik kayu ini terbilang sulit. Sesekali mereka
harus melewati gundukan tanah. Bahkan sela-sela bebatuan. Tidak jarang
dibutuhkan alat bantu berupa batang kayu untuk memudahkan pekerjaan para penarik
kayu.
Ketika penarik kayu
terlihat lelah, Puang Gella dan perangkat adat lainnya sesekali memompa
semangat mereka dengan syair-syair elong paddui’. Syair-syair yang di
lantungkan juga bukanlah sembarang syair . Alunannya di sesuaikan dengan
kondisi penarik kayu dan medan yang dilewati.
Bagi Puang Gella yang juga
perangkat adat karampuang, pekerjaan menarik kayu dari dalam hutan terasa
sangat ringan dilakukan karena dikerjakan secara bersama-sama. Bukan hanya
warga di sekitar rumah adat, namun warga dari desa lain pun datang membantu.
Secara harfiah, Maddui
diartikan dengan menarik atau menghela. Dalam
prosesi Maddui, yang ditarik adalah sebatang kayu yang diperuntukkan bagi rumah adat sebagai pengganti dari bagian rumah yang
mengalami kerusakan, seperti tiang, panampa serta pareha leppa.
Untuk mewujudkan rasa
kebersamaan dan persatuan, maka kayu tersebut tidak dibolehkan untuk dipikul
atau menggunakan sarana transportasi. Dalam keyakinan mereka, hanya orang kuat
sajalah yang dapat berpartisipasi bila kayu itu dipikul. Namun bila ditarik, orang
lemah, orang tua bahkan anak-anak sekalipun dapat berperan serta.
Maddui’ adalah salah satu
unsur budaya yang tetap lestari hingga kini. Melestarikan tradisi ini berarti kita
ikut berperan melestarikan tradisi budaya bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan sarannya